Kenapa Salib yang Dipilih Sebagai Alat Penghukuman Bagi Yesus? Bagian 3



Rasa sakit karena salib


Yesus juga harus mengalami kematian yang sangat menyakitkan. Kenapa? Untuk menggambarkan rasa sakit yang mengerikan yang disebabkan oleh dosa. Jika Yesus mati tanpa mengalami rasa sakit, maka tujuan Allah menebus dosa manusia tidak akan terwakili.

Setiap penjahat di masa Yesus hidup akan merasa sangat putus asa saat mengetahui mereka akan disalib. Penyaliban bukan hanya sebuah eksekusi tapi sebuah metode siksaan. Tentara Romawi biasanya mencambuk orang yang disalib dengan cambukan yang sangat menyakitkan. Yesus juga mengalami hal itu. Sebelum Dia menyentuh salibNya, dia dicambuk, dipukuli dan dihina.

Sang eksekutor, yang ditugasi mengeksekusi orang yang disalib biasanya memakai cambuk yang sudah dipasangi pecahan logam, tulang atau benda tajam lainnya. Kerajaan Romawi biasanya tidak mengikuti batasan hukum cambuk yang dipakai dalam Hukum Taurat. Dalam Hukum Taurat, hukuman cambuk hanya dibatasi 39 kali (40 kali kurang satu). Sang eksekutor akan mencambuk sebanyak yang dia suka. Dan tidak hanya dibatasi pada punggung korban tapi setiap bagian tubuhnya hingga sang korban nyaris mati.

Nabi Yesaya menubuatkan bagaimana penampilan Yesus setelah dicambuk seperti itu: “Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia—begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi (Yesaya 52:14). Lebih jauh, Yesaya menubuatkan jika, “Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh (Yesaya 53:5)”.

Oleh karena itu Rasul Paulus menulis dalam Filipi 2: 8: “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”

Bayangkan diri Anda berada dalam posisi Kristus, dengan kulit yang terkelupas sehingga Anda bisa melihat tulang Anda. Saat paku yang besar itu dipukul hingga menembus tangan dan pergelangan tangan saat para prajurit menancapkan tubuh Anda ke dalam salib. Sekarang tambahkan juga rasa sakit karena disangkal dan ditinggalkan oleh teman-teman Anda. Puji Tuhan untuk semua wanita yang berdiri di dekat Yesus saat Dia menjalani momen-momen itu, ibu-Nya Maria, Maria Madgalena dan lain-lain (Mat 27: 55-56). Selain itu, Dia harus menanggung ejekan dan olokan mereka yang melihatNya sekarat.

Lalu Yesus mengalami peristiwa menakutkan lainnya, yang baru pertama kali Dia alami: ditinggalkan oleh Allah Sang Bapa. Bapa menaruh semua beban dan hukuman atas dosa seluruh dunia ke dalam diri Yesus dan lalu menjauhi Yesus yang menjadi dosa untuk kita (Yesaya 53:6, 10-12; 1 Peter 2: 24). Betapa sedih hati Yesus saat Dia harus berseru, "'Eli, Eli, lama sabachthani?' yang berarti, “Allah-Ku, Allah-Ku, kenapa Engkau meninggalkan Aku? (Mat 27: 46-47). Pada saat itu, Yesus mengalami untuk pertama kalinya bagaimana rasanya terpisah dari Bapa karena dosa.

Rasa sakit yang Dia alami bertambah begitu kuat hingga Yesus berkata dia haus, para prajurit menaruh di bawah kaki-Nya rebusan cuka atau anggur asam yang dicampur dengan kemenyan yang berfungsi sebagai sedatif (Yoh 19: 28-29; Mark 15:23) untuk mengurangi rasa sakit. Hal ini menyatakan kepada kita rasa sakit yang harus Dia tanggung karena akibat dosa-dosa dunia. Dan rasa sakitnya tidak terbayangkan.

Setelah beberapa saat tertancap di kayu salib itu, orang yang dihukum akan kesulitan bernafas. Dia bisa bernafas jika dia bertumpu pada kaki dan lututnya untuk menggerakkan tubuh bagian atas. Tentu hal ini sakit mengingat kakinya juga dipaku. Saat dia tidak lagi bisa melakukan hal ini maka dia akan mati karena sesak nafas. Untuk mempercepat kematian, para prajurit akan mematahkan kakinya dengan tongkat. Hal ini dilakukan kepada dua perampok di kanan dan kiri Yesus (Yoh 19: 31-32). Saat mereka hendak mematahkan kaki Yesus, mereka melihat jika Dia sudah terlebih dulu mati dan tidak jadi mematahkan tulang-Nya (Yoh 19: 33; Mazmur 34: 20).

Yesus tidak mati karena patah hati seperti yang dipercaya beberapa orang Kristen. Dia mati karena belasan luka dari cambukan. Tusukan pada lambung-Nya menimbulkan luka yang besar sehingga darah dan air mengalir dari perut-Nya. Dia benar-benar mengalirkan darah-Nya seperti air untuk membersihkan dosa-dosa kita (Mazmur 22: 14; Efesus 1: 7; 1 Yoh 1:7).

Yesus berseru, “Sudah selesai” (Yoh 19: 30) dan akhirnya kepada Bapa, yang memberikan Putera-Nya kepada kita karena dia sangat mencintai kita, Juru Selamat kita berdoa, “Ke dalam tangan-Mu kuserahkan Roh-Ku (Lukas 23: 46). Jadi Yesus mati dengan keyakinan penuh bahwa Dia telah menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Bapa kepada-Nya.

Sebelumnya


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yesus, Adam yang Akhir dan Manusia Kedua

Apakah Alkitab Sudah Diubah, Diedit, Direvisi Isinya?

Apa Arti Efesus 1:17, Allah Tuhan Kita Yesus Kristus